Budidaya padi di lahan pasang surut membutuhkan teknologi dan sarana produksi yg spesifik lantaran keadaan lahan dan lingkungan tumbuhnya tidak sama dengan sawah irigasi. Lahan pasang surut berbeda dengan lahan irigasi atau lahan kering yg sudah dikenal masyarakat. Perbedaanya menygkut kesuburan tanah, keterseiaan air dan teknik pengelolaannya. Pembudidayaan tanah dan air ini yaitu kunci keberhasilan perjuangan tani di lahan pasang surut. Dengan perjuangan yg sungguh-sungguh lahan pasang surut ini sanggup berkegunaan bagi petani dan masyarakat luas. upaya yg sungguh-sungguh lahan pasang surut ini sanggup berkegunaan bagi petani dan masyarakat luas.
Iklim
Keberhasilan budidaya padi di lahan rawa lebak sangat tergantung pada iklim, khususnya pada referensi curah hujan, lantaran pada umumnya lahan rawa lebak sering mengalami kebanjiran. Kejaian banjir seringkali sulit diprediksi. Oleh lantaran itu, dalam budidaya padi di lahan rawa lebak, penentuan waktu tanam yg sempurna sangat urgent semoga tumbuhan terhindar dari genangan. Pada ketika curah hujan tinggi penurunan air terjadi secara lambat. Pada trend ini, keterlambatan tanam beresiko ketika panen akan terjadi genangan air yg tinggi. Antisipasinya, diharapkan penggunaan varietas yg berumur pendek, semoga pada ketika panen belum terjadi genangan air.
Tanah
Lahan rawa merupakan lahan marginal yg ringkih dan mempunyai keragaman keadaan biofisik. Masalah biofisik utama dalam pengembangan pertanian di lahan pasang surut antara lain genangan air, tingginya kemasaman tanah (pH tanah rendah), terdapat kandungan zat beracun (Al, Fe, H2S dan Na), kandungan materi organic rendah, kahat unsur hara, khususnya P, Ca, dan Mg dan kandungan Al, Fe, dan Mn tinggi. Kendala lainnya dalam budidaya padi di lahan rawa yaitu penyakit tumbuhan, menyerupai Hawar Daun Bahteri (HDB), dan wangi pelepah.
Lingkungan lahan rawa mempuyai sifat khusus terutama iakibatkan lantaran keadaan airnya. Berdasarkan keadaan airnya, lahan rawa dibedakan dalam dua kelompok yaitu lahan rawa pasang surut dan lahan rawa lebak. Lahan rawa pasang surut yaitu lahan yg airnya dipengaruhi oleh pasang surutnya air bahari atau sungai. Sedang lahan rawa lebak yaitu lahan yg airnya dipengaruhi oleh hujan baik yg turun di wilayah setempat atau yg berasal dari tempat sekitar dan hulu.
BACA JUGA
Metode Budidaya Sawi Putih Hingga Tumbuh Subur
Hati-Hati Terhadap Hama Ini, Bisa Mematikan Tanaman Anggrek Anda!
Ternyata, Seperti Ini Cara Yang Benar Budidaya Tomat Dengan Panen Melimpah!
Trik Mencangkok Buah yg Lebih Gampang
Penyebab air & kesuburan tanah yg menjadi faktor pembatas utama tanam padi sawah di lahan rawa sehingga hasilnyapun kecil (3-4 ton GKP/ha). Secara umum tanah rawa mempunyai pH rendah, kelarutan Fe,Al dan Mn tinggi, keterseiaan unsure hara makro (N, P dan K) dan mikro rendah. Kendala ini sanggup iatasi dengan menunjukkan pembenah tanah (soil amelioration) menyerupai kapur/dolomite, serta aplikasi pupuk N, P dan K dengan mengacu tiga sempurna (dosis, cara dan waktu) sehingga produktivitas tanah meningkat.
Lahan rawa sebagian besar terdapat di empat pulau besar di luar Jawa, yaitu Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta sebagian kecil di Pulau Sulawesi. Lahan rawa lebak yaitu salah satu sumberdaya yg sangat anggun buat dikembangkan menjadi tempat pertanian tumbuhan pangan khususnya padi. Namun demikian pekegunaanannya belum dilakukan secara maksimal. Rintangan utama pengembangan perjuangan tani lahan rawa lebak yaitu genangan maupun kekeringan yg belum sanggup diprediksi. Selain tata air yg masih belum dikuasai, hambatan lain yaitu gangguan hama dan penyakit, faktor sosial ekonomi. Halangan tsb sanggup ditangani dengan penerapan teknologi yg sempurna guna, di antaranya yaitu pemakaian varietas unggul yg adaptif dan teknologi penataan lahan.
Biarpun lahan rawa terdapat cukup luas, proteksi lahan rawa terhadap pengadaan produksi padi di indonesia masih rendah lantaran belum dikegunaankan secara intensif.
Berbagai permasalah yg dihadapi dalam pengembangan padi di lahan rawa sangat beragam, iantaranya ;
1). tingkat kesuburan tanah beragam,
2). penerapan teknologi budidaya belum maksimal,
3). tersingkapnya lapisan pirit ke permukaan,
4). gambut dalam keadaan tebal dan mentah,
5). cekaman air dan penyusupan air laut,
6). Serangan hama dan penyakit tumbuhan.
Selain faktor teknis, faktor nonteknis juga menjadi penghalang perkembangan pertanian di lahan rawa, antara lain minimnya infrastruktur menyerupai jalan dan transportasi, kelembagaan petani dan kelembagaan keuangan.
Faktor air dan kesuburan tanah yg menjadi faktor pembatas utama budidaya padi sawah di lahan rawa sehingga hasilnyapun rendah (3-4 ton GKP/ha). Secara umum tanah rawa mempunyai pH rendah, kelarutan Fe,Al dan Mn tinggi, keterseiaan unsure hara makro (N, P dan K) dan mikro rendah. Kendala ini sanggup iatasi dengan menunjukkan pembenah tanah (soil amelioration) menyerupai kapur/dolomite, serta aplikasi pupuk N, P dan K dengan mengacu tiga sempurna (dosis, cara dan waktu) sehingga produktivitas tanah meningkat. Penentuan waktu tanam yg sempurna sangat urgent semoga tumbuhan terhindar dari genangan. Pada ketika curah hujan tinggi penurunan air terjadi secara lambat. Pada trend ini, keterlambatan tanam beresiko ketika panen akan terjadi genangan air yg tinggi. Antisipasinya, diharapkan penggunaan varietas yg berumur pendek, semoga pada ketika panen belum terjadi genangan air.
Semoga informasirmasi ini berkegunaan bagi kita semua yg mempunyai minat terhadap bidang pertanian. Terima kasih. Sumber http://www.budidayatanaman99.com
Komentar
Posting Komentar